3/25/2010

SUKSES DI ARENA KOMPETISI BERBISNIS DI SAMUDERA BIRU, BLUE OCEAN STRATEGY




SUKSES DI ARENA KOMPETISI BERBISNIS DI SAMUDERA BIRU, BLUE OCEAN STRATEGY.

Selalu ada rasa kedamaian dan ketenangan ketika memandangi samudera biru nan luas itu. Lautnya tenang dan serasa ingin ikut menceburkan diri dan menyelam menikmati keindahannya yang tidak pernah dijamah. Kesan ini bagi pembaca mungkin sama dengan kesan yang pernah penulis alami.

Membaca kesan di atas tentu kita yang berkecimpung di dunia bisnis ataupun di wilayah akademisi praktisi bisnis tentunya tidak akan teringat dengan Strategi yang dicetuskan oleh W. Chan Kim dan Renée Mauborgne dalam buku best sellernya “ Blue Ocean Strategy” (2005). Strategi Samudera Biru dengan segala kenikmatannya berbisnis di wilayah itu sehingga bagi para pelakunya akan merasa nyaman dan damai. Walau Blue Ocean Strategi ini bukan materi baru dalam jagad strategi bisnis namun penulis menganggap sangat layak untuk dibincangkan kembali.

Blue Ocean Strategi menjadi satu diantara dua kiblat strategi terpopuler saat ini untuk kaum pebisnis dan akademisi selain buku Tracy and Wiersemma (Harvard University) yang berjudul “ The Discipline of Market Leader”. The Disciplin of The Market Leader merupakan hasil dari penelitian terhadap perusahan-perusahaan yang eksis selama puluhan tahun, dan ternyata dari berbagai macam jenis perusahaan yang diteliti, mereka menerapkan 3 inti strategi yaitu : 1. Product Leadership, 2. Operation Excellence, 3. Customer Intimacy. Pada tulisan ini kita tidak akan membahas lebih dalam tentang buku tersebut, tetapi akan di bahas dalam tulisan selanjutnya.

Blue Ocean Strategi atau Strategi Laut Biru ditulis oleh W. Chan Kim , Professor di University of Michigan Business School, USA dan Renée Mauborgne, Professor Strategi di INSEAD (Sekolah Bisnis terbesar kedua di dunia).

Ada pertanyaan kok mengapa samudera biru ? seperti digambarkan di atas bahwa istilah samudera biru ini diinspirasi oleh bagaimana tenangnya laut biru yang tidak pernah dijamah. Kemudian ketika suasana tenang tadi dihubungkan dengan dunia persaingan bisnis maka pastinya ranah ini merupakan dambaan pebisnis karena belum adanya kompetitor.

Arena kompetisi kompetisi ini dibagi menjadi dua yaitu Arena Red Ocean, samudera yang digambarkan merah dan penuh dengan darah dan Arena Blue Ocean, samudera yang digambarkan biru, yang tenang dan damai.

Samudera biru ini diciptakan oleh siapa? Samudera biru ini diciptakan oleh perusahaan yang telah jatuh bangun dan menjerit-jerit di Samudera Merah walau dengan berbagai strategi diterapkan namun tetap kesulitan untuk merebut pasar akibat pemain sudah sangat banyak hingga market sizenya menjadi sempit dan seakan sesak tak bisa bernafas, kemudian sebagian dari mereka berusaha membangun pasar dengan merubah batas market dan menciptakan market baru.

Dalam Arena Read Ocean, perusahaan digambarkan berkompetisi dengan ketatnya, sehingga terkesan berdarah-darah dan sebagian perusahaan yang tidak mampu berkompetisi akhirnya kolaps dan gulung tikar. Segala cara dilakukan, dari yang merugikan perusahaan orang lain hingga merugikan diri sendiri, seperti strategi perang harga akibat banyaknya pesaing yang masuk dan saling membantai satu sama lain. Nah cara yang terbaik yang diyakini oleh perusahaan yang bersaing di Red Ocean adalah mengambil market perusahaan lain dengan cara menurunkan harga.

Dapat diidentifikasi bahwa pada ranah Red Ocean, Marketnya sudah terdefenisi jelas dimana Competitive atributnya menggunakan Order Qualifier – Order Winner dimana Market Size semakin ketat dan sempit, role of the game sudah jelas, sedangkan pada pada ranah Blue Ocean akan diciptakan market size yang baru dan belum ada kompetisi di dalamnya. Untuk menciptakan market baru tentunya di butuhkan sebuah upaya atau kreasi yang unik dan sifatnya differensiasi. Upaya itu tidak lain adalah Innovation atau Inovasi. Meminjam istilah produsen motor Suzuki "Inovasi tiada henti". Inovasi disini tidak hanya bagimana menciptakan produk yang inovatif, namun juga bisa ditinjau pada wilayah marketing, service, maupun pengemasan produk. Nah bukan berarti berinovasi tetapi melupakan prinsip cost, strategi ini sangat menjunjung prinsip low cost production.

Nah ada cerita menarik yang bisa kita dapatkan tentang kisah perjuangan mencapai sukses oleh tim sirkus jalanan “Cirque du Soleil” dalam memenangkan persaingan pasar sirkus dunia. Grup yang didirikan pada tahun 1984 sebagai grup sirkus Street Performance terdiri dari pemain akordion dan fire eater (pemakan api) dan dipimpin oleh seorang CEO bernama Guy Laliberté. Pemimpin pasar pertunjukan sirkus pada saat itu didominasi oleh raksasa sirkus yaitu Ringling Bros. and Barnum & Bailey.

Sebenarnya potensi market dari sirkus era ini bisa dikatakan tidak aktraktif lagi, di era 70’ an hingga 90’ an, sirkus menjadi tontonan favorit, menjadi favorit mulai dari anak kecil hingga dewasa. Kejenuhan terjadi era 90 hingga 2000 an ini, hingga pada puncaknya sirkus disingkirkan oleh kehadiran Play Station yang sangat digemari oleh anak-anak sekarang, kehadiran media TV dan Film. Anak-anak di zaman informasi ini tentunya lebih tertarik bermain Play Station ketimbang mengunjungi pertunjukan sirkus. Ada apa dengan sirkus? yah sekali lagi sirkus mengalami stagnanisasi konsep dan tema pertunjukan, lebih dari ratusan tahun, konsep yang digunakan masih sama, masih pada pertunjukan atraksi hewan, kelucuan hingga atraksi yang menegangkan.

Cirque du Soleil ini kemudian menyadari kelesuan pasar dan posisi mereka yang masih terus di bawah grup sirkus yang lain. Mereka kemudian menggunakan strategi menyasar kelas eksekutif yang tentunya akan meraup keuntungan yang besar. Nah apakah kaum eksekutif akan rela membayar lebih dengan sirkus yang monoton ? Nah Ketika pertanyaan ini masuk kepada wilayah tertarik atau tidak, Grup sirkus kemudian mulai memasang strategi dengan cara me-reduce dan meng-eliminasi serta meng-create dan me-raise beberapa hal dalam konsep pertunjukannya.

Nah inilah inti dari Blue Ocean Strategy . Prinsip 1. Eliminated : Faktor umum apakah yang harus dihilangkan, 2. Reduce : Faktor standar apa yang harus dikurangi hingga pada titik bawah di bawah standar, 3. Raise : Faktor apa yang perlu dinaikkan banyak di atas standar industri, dan 4. Create : Faktor apa yang perlu diciptakan untuk menciptakan value Innovation yang sangat menarik pelangan dan tidak ada pada standar industri.

“Cirque du Soleil” mengeliminasi atau menghilangkan Star Performance (artis-artis terkenal yang biasanya dibayar mahal oleh dua pesaingnya), animal show (binatang yang favorit digunakan di pentas sirkus, yang tentunya memiliki biaya pemeliharaan tinggi), Aisle Concencius Sales (penggunaan tempat duduk yang berbeda sesuai tingkatan harga karcis, sehingga pembuatan tempat duduk yang bertingkat-tingkat ini akan membutuhkan biaya produksi yang tinggi), Multiple show arena (biasanya pertunjukan diulang, nonton pada hari pertama akan sama pertunjukan pada hari ke dua dan ketiga), kemudian mereduce mengurangi aksi-aksi yang membahayakan (thriller) dan atau yang cenderung terlalu fun atau humor. Jika grup Cirque du Soleil menghilangkan hal tersebut, namun tidak pada Ringling Bros. dan Barnum & Bailey, mereka masih nyaman dan terlena dengan posisinya saat itu.

Prinsip lain yang di tingkatkan (raise) oleh “Cirque du Soleil” adalah Venue atau tempat pertunjukannya di lokasikan pada satu tempat yang mewah karena cocok dengan kaum eksekutif, kemudian yang di create (diciptakan) sirkus dalam konsep opera yang mempunyai tema acara, misalnya bertema Romie and Juliet, kemudian refined environment (menciptakan lingkungan yang nyaman, dengan menampilkan penyanyi yang berkualitas dan bersuara merdu, sound system yang dahsyat), multiple produk (tema opera sirkus yang dihadirkan berbeda-beda, misalnya tema awal tentang kisah Romie dan Juliet, kemudian kisah Roman Titanic, dsb, kalau di Indonesia kira-kira kisah Rama Shinta, Kisah sangkuriang atau kisah Lekaki dari Tanjung Bira misalnya). Tentunya dengan strategi itu, kalangan eksekutif yang menjadi target sasaran , “Cirque du Soleil” akan merasa nyaman dengan pertunjukan yang lebih dari sirkus, dan mereka akan rela membayar dengan harga lebih mahal. “Beyond Circus “, memberikan layanan kepada customers lebih dari ekspektasinya.

Nah dengan konsep di atas dengan Prinsip kurangkan dan tambahkan, Hilangkan dan adakan, “Cirque du Soleil” mampu menerapkan konsep Blue Ocean Strategi dengan hasilnya dari Grup Pemain Sirkus jalanan mampu menjelma menjadi grup sirkus kelas satu dunia dan mengungguli grup Ringling Bros. dan Barnum & Bailey. Hingga saat ini pertunjukannya telah disaksikan oleh lebih dari 40 juta orang di 90 kota di dunia. Grup sirkus ini mampu mengalahkan dominasi Ringling Bros. and Barnum & Bailey— perusahaan sirkus dunia yang pernah memimpin pasar sirkus selama lebih dari 100 tahun. Kini penghasilan pesaingnya tak akan mampu mencapai penghasilan Cirque du Soleil. Hebat sekali. Super sekali.

Kesuksesan itu intinya adalah Inovasi dan Low Cost production.

Dapat kita lihat masih banyak contoh penerapan Blue Ocean Strategi, diantaranya ketika persaingan PT.HM Sampoerna dengan Djarum, Gudang Garam, Bentoel dimana persaingan memenangkan pasar telah semakin “berdarah-darah” baik melalui perang harga hingga pada perang iklan dan program promo lainnya. Langkah PT HM Sampoerna untuk menghadapi persaingan yang berdarah-darah di industri rokok ini, dan menyadari posisinya masih di bawah pesaingnya maka diakhir tahun 1989, PT HM Sampoerna, Tbk membuat gebrakan dengan menciptakan market baru yaitu diluncurkannya A-Mild ke pasaran.

Produsen rokok ini menciptakan Samudera Biru bagi perusahaannya dengan produk yang unik dan tidak ada di pasaran pada waktu itu yaitu SKM Mild. Alhasil banyak pihak yang dibuat kaget, terutama industri rokok saat itu sebab jenis rokok yang ada pada saat itu adalah jenis sigaret keretek tangan (SKT), sigaret keretek mesin (SKM) reguler, dan sigaret putih mesin (SPM). Setelah melalui usaha berinovasi mulai dari produk hingga sistem pemasaran yang unik, akhirnya Sampoerna mampu menguasai hampir 50% pasar, akhirnya produsen rokok lainnya akhirnya mengikuti jejak kesuksesan Sampoerna membuat SKM Mild seperti yang dilakukan oleh Djarum menciptakan merek LA Lights dan Bentoel Prima menancapkan merek Star Mild.

Contoh lain di arena penerbangan komersil, Blue Ocean Strategi ini juga diterapkan oleh Southwest Airlines sebuah maskapai penerbangan di Texas Amerika Serikat. Southwest Airlines yang awalnya hanya maskapai penerbangan skala kecil di Texas kini menjadi memimpin pasar di Amerika dengan 100 juta penumpang setiap tahunnya dengan rute tujuan ke 66 kota besar di seluruh dunia. Perjuangan menghadapi persaingan yang berdarah-darah dalam industri penerbangan Amerika mereka lalui hingga 38 tahun melalui proses inovasi dan prinsip low cost production. Oleh pemiliknya Rollin King and Herb Kelleher selalu berupaya untuk menjadi maskapai yang memunculkan prinsip differensiasi. Kita dapat menyimak simple notion dari maskapai ini : “If you get your passengers to their destinations when they want to get there, on time, at the lowest possible fares, and make darn sure they have a good time doing it, people will fly your airline. “ dan Mission Statement yang sangat customers demand yaitu “The mission of Southwest Airlines is dedication to the highest quality of Customer Service delivered with a sense of warmth, friendliness, individual pride, and Company Spirit. “ Strategi ini juga dipakai oleh Air Asia, Lion Air,dll.

Nah gimana rasanya berbisnis di samudera biru? Enak dan nyaman kan? Pada prinsipnya Atasilah Hambatan di dalam Organisasi (perusahaan) dan Satukan Eksekusi dalam Strategi. Mari ciptakan Value bagi perusahaan kita dengan prinsip Inovasi dan Low Cost Production.
so Innovate or die.

Surabaya 24 Maret 2010

Taufik Nur Maks’ud
(Pusat Studi Teknologi dan Manajemen Industri UNHAS, Riset Director IMA Chapter Sul-Sel, Mahasiswa Pascasarjana ITS Surabaya)

Note : nantikan tulisan berikutnya

Sumber tulisan :
1. Diskusi Perkuliahan Patdono Suwignjo, M.Eng.Sc., Ph.D Mata Kuliah Manajemen Strategi ITS Surabaya, 24 Maret 2010.
2. http://www.blueoceanstrategy.com/
3. Materi Mata Kuliah Hypercompetitive and Blue Ocean Strategy TI ITS
4. http://trifanny.wordpress.com/2009/12/10/strategi-a-mild-pt-hm-sampoerna-tbk-wujud-nyata-keberhasilan-blue-ocean-strategy-di-indonesia/
5. http://www.southwest.com/about_swa/airborne.html?int=gfooter-difference-history
6. Gambar : mblog.manager.co.th

3/23/2010

Berdiri di atas Bahu Raksasa





Ada hal yang menarik ketika mengikuti perkuliahan dari pertemuan ke-1 hingga ke-9 Mata Kuliah Metodologi Penelitian di Program Magister Teknik Industri ITS Surabaya yang dibawakan oleh Ibu Maria Anityasari, M.E. PhD. Hal yang menarik itu apa? nah ini yang selalu membuat penulis berkesan, yaitu ketika mendengar kata Standing on The Shouder of Giant dan Acknowledge. Kedua kata tersebut mengandung istilah penghargaan, rasa hormat yang akan berujung pada memahami betapa kecilnya kita berada pada ranah eksplorasi ilmu pengetahuan. Seorang Ilmuan atau siapa saja yang mengusung nilai-nilai tersebut akan menjadi seorang yang memiliki integrity, humble, humility dan generosity, mengutip istilah Peter Drucker dalam Drucker Leadership Model yang disampaikan oleh Rick Warren dalam Peter Drucker Memorian. Humility, Integrity dan Generosity adalah Pengejawantahan dari Sikap Kerendahatian dan Sikap Saling membantu antar sesama.

Standing on The Shoulder of Giant
Ketika kita link ke situs Google Scholar, salah satu fasilitas Google untuk browsing jurnal ataupun artikel, maka pada tampilan depannya akan selalu terpampang quote ini. Standing on the shoulder of giant, atau Berdiri di atas bahu raksasa.
Who is giant? siapakah yang raksasa? nah ini terkadang kita lupakan ketika kita membuat suatu penelitian dan sukses, kita terkadang egois dan muncul rasa kesombongan diri. Kita tidak pernah merasa bahwa penelitian yang kita lakukan tentunya diinspirasi dan mendapatkan sumber referensi dari penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, bahkan mungkin umur penelitian itu telah mencapai ribuan tahun.

Rentetan Penemuan mutakhir tentang HP (Handphone) yang kita sering gunakan sehari-hari ini,diprakarsai oleh beberapa tokoh penting yaitu Alexander Graham Bell, dan Antonio Meucci( penemu telepon), kemudian muncul lalu ada Amos E Joel Jr, pionir sistem penyambung (switching) ponsel dari satu wilayah sel ke wilayah sel yang lain. Switching ini harus bekerja ketika pengguna ponsel bergerak/berpindah dari satu sel ke sel lain sehingga pembicaraan tidak terputus, kemudian hadir penemu HandPhone yang bernama Martin Cooper (Motorola), dan sekarang bermunculan penemuan-penemuan mutakhir dari aplikasi handphone yang menghasilkan Perangkat HP yang canggih nan super aplikatif.

Nah ini berarti bangunan pengetahuan dan sejarah panjang penemuan tentang HandPhone yang ada sekarang telah dirintis beratus tahun lalu oleh para peneliti seperti Bell, Meucci, Joel, hingga Cooper. Nah ini membuktikan bahwa penemu teknologi canggih tentang HP seperti "berdiri di atas bahu penemu-penemu" yang disebutkan di atas.

Ada filosofi yang dikemukakan juga oleh Dr. Maria dalam kuliahnya, bahwa kita dapat membangun sendiri dari penelitian yang kita lakukan, tapi apakah itu kita mulai lagi dari awal (baca nol)?. Laksana ketika secara sendiri-sendiri membuat bangunan di padang pasir, bangunan itu seperti gundukan pasir yang bertebaran di mana-mana, ketika ada tiupan badai akan hilang seketika. Namun ketika kita membangun sebuah penelitian dari penelitian sebelumnya dan meng-acknowledge (menuliskan sebagai wujud pengakuan dan penghargaan atas penelitian sebelumnya) maka kita seperti membangun sebuah Piramida, yang kokoh. Nah landasan inilah yang mesti kita bangun. Ketika ada badai tak akan mudah digoyahkan.

Namun sekali lagi kita tidak boleh Egois dan Sombong akan kemutakhiran dan fantastisnya penemuan yang kita hasilkan. Cerita Kapal Raksasa Titanic yang berdimensi panjang 269 meter (882 kaki 9 inci) dan 28 meter (92 kaki 6 inci) lebar, berat mati 46.328 ton, dan ketinggian dari permukaan air ke geladak setinggi 18 meter (60 kaki)yang pembangunannya di biayai oleh J.P. Morgan dengan perusahaannya International Mercantile Marine Co. yang diklaim oleh majalah Ship Builders sebagai kapal yang "hampir tidak mungkin tenggelam". Akan tetapi akhirnya tenggelam pada 15 April 1912 setelah menabrak gunung es di selatan Grand Banks di Newfoundland Samudera Atlantik dekat Negara Kanada dalam pelayarannya dari Southampton,Inggris menuju New York City, New York, pada 15 April 1912. Nah buat apa kita sombong akan penemuan kita?

Acknowledge

Acknowlegde merupakan sisi yang paling dekat dari istilah Plagiarism. Dalam Tutorial unsw.edu disebutkan bahwa untuk menghindari masalah plagiat inti utamanya adalah meng-acknowledge individu atau institusi yang memiliki hak atas penemuan atau penelitian sebelumnya, berikut kutipannya "Plagiarism is using the words or ideas of others and presenting them as your own. Plagiarism is a type of intellectual theft. It can take many forms, from deliberate cheating to accidentally copying from a source without acknowledgement. Whenever you use the words or ideas of another person in your work, you must acknowledge where they came from. You can avoid plagiarism by following the suggestions outlined in this guide.".

Dalam Oxford Learners Pocket Dictionary pada Page 8 kata Acknowledge : tell sb that you have received sth (eg a letter), show that you have noticed, publicly express thanks for help you have been given. Kesemuanya mengandung makna menyampaikan kepada khalayak bahwa hal-hal yang membantu kita dalam suatu hal wajib kita berikan apresiasi, penghargaan,dalam hal ini dicantumkan dalam penelitian kita.

Kita ketahui bersama kasus Plagiarisme dari Profesor AA. Banyu Perwita, PhD. Kasus ini muncul ketika ditemukan kesamaan materi dan isi dalam artikel yang berjudul “RI as a new middle power? yang diterbitkan koran berbahasa inggris The Jakarta Post.Tulisan ini ternyata sama dengan artikel yang ditulis Carl Ungerer, peneliti asal Australia. Tulisan Ungerer berjudul “The ‘Middle Power’ Concept in Australian Foreign Policy” diterbitkan dalam Australian Journal of Politics and History: Volume 53, Number 4, 2007. Nah mungkin saja Prof. Banyu tidak menuliskan sumber tulisannya sehingga mengakibatkan resiko fatal bagi karir akademiknya. Apalagi saat ini teknologi penelusuran artikel ataupun jurnal telah semakin canggih sehingga memungkinkan tulisan yang kita buat bisa ditelusuri kesamaannya bahkan kebenarannya.

Nah sekarang kita mulai sadar bahwa inti dua hal yang menarik di atas adalah kembali pada sifat fitrah manusia, yaitu Belajar Memberikan Penghargaan kepada sesama bahkan jika itu bantuan sekecil apapun, bersikap saling menghargai adalah budaya yang perlu dikembangkan. Apakah kita akan hidup meyendiri dan terkucilkan dalam pergaulan jika kita tidak memberikan ruang dan kesempatan kepada rekan sesama untuk mengembangkan ilmu kita? tentu kita tidak ingin seperti kondisi demikian.

sekali lagi acknowledge others and keep standing on the shoulder og giant.
Karena kita akan menjadi Hebat di atas Pundak Raksasa. Tidak akan ada yang berani kepada kita jika berdiri di atas pundak Raksasa..heheheheehe....

Sekian tulisan ini, tunggu tulisan berikutnya...Keep on Fighting till the end...

Taufik Nur Maks'ud
Surabaya, 22 Maret 2010


sumber tulisan :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/RMS_Titanic
2. http://berita-pilihan.blogspot.com/2008/11/kisah-penemu-handphone.html
3. Perkuliahan Ibun Maria A, Ph.D.Metodologi Penelitian
4. gambar : leisureguy.wordpress.com
5. http://budiono.net/2010/02/15/berdiri-di-bahu-raksasa
6. http://www.lc.unsw.edu.au/onlib/plag.html
7. Oxford Learner's Pocket Dictionary

3/22/2010

Keberanian



Memahami Rasa Takut


Ketika kita diperhadapkan pada suatu pekerjaan, tugas ataupun masalah yang sifatnya baru ataupun yang berulang, kita sering dihinggapi penyakit yang sifatnya umum bahkan mendunia yaitu Rasa Takut.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Deane Aikins, ilmuwan dari Universitas New Heaven menyebutkan bahwa tidak semua tentara berani berperang. Perasaan takut atau stres yang dihadapi oleh beberapa tentara ternyata berasal dari sebuah hormon yang tercampur dalam darah mereka.

Aikins dan rekan kerjanya berhasil menyimpulkan temuan ini berdasarkan penelitian tingkat hormon stres para tentara, di bawah program pelatihan yang sedang diadakan sebuah pasukan khusus. Sampel darah yang diambil dari para tentara tersebut menunjukkan, tentara dengan rasa takut yang tinggi memiliki tingkat hormon stres yang cukup rendah. Hormon tersebut diberi nama Cortisol. Sebaliknya, tentara yang sangat berani memiliki level hormon dengan nama neuropeptide y, dalam kadar yang cukup tinggi.(sumber : dikutip melalui Reuters, Senin, 16/2/2009).

Bahkan tentara pun memiliki rasa takut ? ya tentunya iya...mereka kan juga manusia biasa...

Menyimak hasil penelitian tadi telah tergambar bahwa setiap manusia dalam darahnya mengalir Hormon Cortisol atau Hormon Rasa Takut. Tapi apakah darah kita akan kita biarkan dialiri oleh rasa takut yang berlebihan? ada beberapa tips untuk menghilangkan rasa takut yaitu melakukan dzikir, olah raga, meditasi dan meningkatkan performa atau kemampuan kita.



Penulis punya pengalaman seperti itu, ketika dihadapkan pada menumpuknya tugas perkuliahan, rasa takut kian muncul dengan bayangan tugas yang dikerjakan bakal tidak sesuai harapan atau mendapatkan Nilai Poor ataupun Fair. Ketika muncul kebuntuan adalah mulai berdzikir atau bahasa lain bermeditasi, bermunajat kepada Allah SWT untuk memohon dimudahkan segala urusan kita dan diakhiri dengan berdoa. Hal ini untuk menguatkan bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan akan mendapatkan support langsung dari-Nya.


Cara lain yang mendukung usaha pertama adalah berusaha merelaksasi tubuh dan pikiran dengan cara mendengarkan musik ataupun sekedar nonton TV. Olahraga juga merupakan cara jitu, penulis menganggap bahwa Olahraga dapat mengeluarkan hal-hal negatif dalam tubuh dan fikiran kita.

Meningkatkan Performa

Performa atau Kemampuan berhubungan dengan kualitas diri yang dibangun dari kegiatan belajar maupun latihan yang seimbang. Tentara dengan latihan yang cukup tentunya mempunyai rasa percaya diri yang baik sehingga rasa takutnya dalam medan perang akan hilang dengan sendirinya.

Latihan yang berulang ulang, terbiasa menulis dan membaca buku, rajin membaca trik-trik mengerjakan soal, membaca artikel yang berhubungan dengan tugas kita tentunya akan meningkatkan performa kita sebagai mahasiswa, dosen ataupun peneliti.

So, Rasa Takut akan hilang jika kita berusaha menjauhkan dari diri kita.


Silahkan mencoba...


Salam Sukses


Taufik Nur Maks'ud
Surabaya, 21 Maret 2010

Only The Strong Can Survive

In life we go through many things

facing it and the heartache it bringss,

sometimes we're not on top of things.

Eventually, we start to rise above it all,

somebody helped us as we started to fall,

even when there was no one you had to call,

you felt stuck against the wall.



Don't stay there, move away!

Be confident in yourself each day

telling yourself it'll be ok.

Maybe it wasn't so bad after all,

now that you're standing straight, tall,

go out, treat yourself, have a ball!



Only the weak ones give into giving up,

they feel as if they have no luck.

It's not luck you're jut blessed,

separated, being different from the rest,

you have survived the world's hardest test,

by giving positive action your best.

Only The Strong will Live long

and be able to carry on.



(by Aleja Bennett)